Cerita Rakyat Yunani
Diceritakan pada zaman dahulu di setiap bulan may, bukit-bukit Eurostena tersenyum memamerkan keindahannya. Setapak pinus dan pohon-pohon cemara di Trikkala berbunga, semak berduri tumbuh dengan indah, pakis bermekaran berwarna kuning, aroma harum bunga-bunga liar tercium di udara yang bersih, dan semua penduduk negeri itu diliputi oleh suka cita.
Meskipun telah bertahun-tahun berlalu, hari itu belumlah terlupakan. Kisah ini yang pertama kali dikisahkan oleh Vassos dari Trikkala diceritakan dari generasi ke generasi di seluruh negeri itu dan diingat sepanjang masa. Kisah pesta pernikahan antara Nearidos, pemuda kaum peri, dan Neraida, pemudi kaum peri.
Setelah mengadakan penyelidikan selama tiga puluh tiga tahun, Vassos dari Trikkala pada akhirnya menemukan Neraidovotano tanaman peri yang membuatnya bisa berhubungan dengan dunia peri. Dia mengetahui rahasia-rahasia peri; dia sering menolong para pemuda manusia yang jatuh cinta dengan gadis-gadis peri. Pada hari ini, tanggal tiga Mei, tepat di tengah hari, Vassos terlihat di atas bukit Trikkala di antara pohon-pohon pinus yang dihembus angin seperti burung-burung berterbangan. Secara tiba-tiba, para penduduk desa melihatnya menghilang secara mendadak.
Tiga hari kemudian, dia kembali muncul di desa Trikkala. Para penduduk desa mengerumuninya mendengarkan cerita tentang apa yang telah dia alami.
“Aku menghadiri pesta pernikahan peri,” ungkapnya. “Semua peri mengetahui pesta itu. Peri-peri penghuni bukit-bukit Trikkala dan pegunungan Eurostena juga mengetahuinya. Mereka mengundangku; beberapa peri datang menemuiku ketika aku minum di telaga peri. Dari jauh aku mendengar bunyi drum, biola dan musik merdu dari alat musik yang tak ku kenal. Kemudian awan di atasku berubah menjadi sebuah kereta, awan itu menukik turun ke tempatku berdiri sementara musik itu terus bergema merdu hingga tubuhku diliputi oleh kereta awan tersebut. Di kereta awan itu, aku melihat banyak wanita cantik; mereka membawaku melintasi Teluk Korintus dan lautan, serta menyeberangi padang-padang hijau dan lautan biru.”
Vassos tidak tahu pasti di mana kereta awan itu mendarat, tapi dia menduga itu mungkin di gunung Pendos di Thessaly. Di puncak gunung itu, di tempat tak ada manusia pernah menjejakinya berdiri istana peri berkilau keemasan di bawah sinar matahari dengan menara peraknya yang menembus awan.
Di dalam istana megah itu terdapa ruangan-ruangan panjang berwarna-warni, dinding istana yang dihiasai ukiran-ukiran dari bunga dipadati oleh tamu yang tak terhitung jumlahnya. Vasso tak bisa menggambarkan kecantikan para kaum peri ini, karena wajahnya, meski mirip dengan manusia, tak bisa dibedakan, dan pakaian mereka seperti buih susu melampaui semua penggambaran lewat kata-kata.
Cahaya lampu warna-warni berkerlap kerlip di seluruh istana, secara tiba-tiba berubah jadi keemasan, lalu merah mawar, ungu, merah tua, hijau dan lavender. Senandung merdu terdengan dari musik harpa dan biola. Para peri menari bersama, ketika menari gerakan mereka berubah seiring dengan perubahan warna lampu. Semua tamu tamu tertawa dan bersuka cita. Di setiap bilik istana, seribu lilin dinyalakan di atas kandil kristan berpoles emas, sementara itu sebuah cermin perak berdiri memancarkan cahaya lilin-lilin itu. Asap aroma mawar berhembus di seluruh sisi istana menebarkan aroma wangi di udara.
Di salah satu ruangan besar itu, sebuah meja kristal berdiri dan diatasnya dihidangkan makanan peri di atas nampan-nampan perak. Sulit dikatakan dari apa makanan-makanan itu terbuat. Yang Vasso tahu hanya makanan itu berwarna putih dan bertekstur lembut serta ringan. Ketika ditelah makanan itu langsung lumer di lidah meninggalkan beraneka rasa, rasa yang takkan pernah bisa dilupakan.
Pesta itu berlangsung selama tiga hari berturut diringi musik, jamuan dan tarian. Neraida dan juga Neraidos sangat rupawan melebihi seluruh kerupawanan kaum manusia. Di kepala mereka tersemat mahkota emas; pakaian mereka terbuat dari benang perak dengan segala jenis permata berkilaun di gaun itu ketika mereka bergerak. Penganten pria dan wanita itu selalu duduk di atas punggun kuda selama pesta berlangsung. Makanan dihidangkan kepada mereka di atas nampan emas. Para peri terus bernyanyi, menari, menebarkan kelopak bunga, dan berlari-lari melingkarkan pita di tengah-tengah mereka.
Tanpa henti terdengar senandung merdu irama musik, gemerincing gelas ketika para peri bersulang bersama. Para tamu meminum nektar merah buah cherri dari gelas kristal yang berukir bunga dan wajah-wajah peri. Pada hari ketiga, setelah para tamu bersulang untuk kesehatan kedua mempelai peri, semua gelas kristal tiba-tiba pecah seiringan dengan tubrukan gelas-gelas kristal pesta itu berakhir.
“Aku tak ingat bagaimana itu terjadi,” kata Vasson mengakhiri ceritanya, “namun pada siang harinya aku mendapati diriku berada kembali di bukit-bukit cemara Trikkala, berbangga diri karena telah menjadi tamu undangan pada pesta pernikahan peri.”
Diterjemahkan dari Folklore Yunani: A Fairy Wedding
0 comments:
Post a Comment