Cerita Rakyat Inggris
Seorang ibu rumah tangga yang hidup dengan makmur tinggal di sebuah bukit di perbatasan Zennor Church-Town dan St Ive. Suatu malam, seorang pria berkunjung ke gubuknya dan memberitahu padanya bahwa dia telah memperhatikan kebersihan wanita itu serta kemampuanya merawat sesuatu. Dia mengatakan dia memiliki seorang anak yang ingin dia besarkan dengan penuh kasih sayang dan dia ingin wanita itu mengasuhnya. Dia akan dibayar mahal untuk pekerjaanya itu; pria itu memperlihatkan padanya sejumlah koin emas yang sangat banyak. Melihat koin emas yang banyak itu, wanita itu setuju untuk merawat anak dari pria yang berkunjung ke rumahnya itu. Segera dia berangkat bersama pria itu pergi menjemput anak yang akan dia asuh. Ketika mereka tiba di sisi bukit Zennor, pria itu menyuruh wanita tersebut menutup matanya dan wanita itu setuju. Ketika mereka berhenti, penutup mata dilepas dari mata wanita tersebut, dan dia mendapati dirinya sedang berada di sebuah ruangan megah, di ruangan itu meja-meja disusun indah dan diatasnya terdapat benda-benda berharga seperti permata, buah-buahan yang tampak lezat dan piala-piala berisi anggur. Dia dipersilahkan menikmati jamuan itu. Dengan agak canggung, wanita itu menikmati hidangan yang disuguhkan tersebut. Dia heran bahwa perjamuan sebesar itu hanya dihadiri oleh dia dan sang pria tersebut. Setelah menikmati hidang yang sangat lezat itu, bell perak diruangan itu berdentang dan sekelompok pelayan masuk membawa keranjang bayi yang ditutupi kain sutra di dalamnya tidur seorang bayi paling cantik yang pernah dia lihat. Dia diberitahu anak itu harus diasuhnya dengan beberapa persyaratan yang harus dia patuhi. Dia tidak boleh mengajarkan anak itu Doa Bapa Kami; dia tidak boleh memandikannya setelah matahari terbenam akan tetapi bayi itu harus dimandikan setiap pagi dengan air yang akan dia temukan di sebuah kendi putih di ruangan bayi itu dan tak ada yang boleh meyentuh kendi itu selain dirinya sendiri; dia harus berhati-hati dan tidak boleh membasuk mukanya dengan air dalam kendi itu. Kemudian, bagaimanapun keadaanya, dia harus memperlakukan anak itu seperti anaknya sendiri. Ketika meninggalkan tempat itu, mata wanita itu di tutup kembali. Dengan berjalan susah payah dibimbing oleh ayah yang misterius itu wanita tersebut kembali kerumahnya. Ketika tiba di jalan raya, tutup matanya dilepas dan dia mendapati seorang bayi mungil di genggamannya, tapi bayi tidak tampak cukup bagus seperti sebelumnya—bayi itu memiliki mata runcing dan tajam. Namun, perjanjian tetaplah perjanjian; pada akhirnya dia memperlihatkan bayi asuhnya itu kepada suaminya sambil menceritakan pengalaman yang telah dia alami. Bayi itu tinggal bersama pasangan bahagia tersebut selama bertahun-tahun. Mereka tidak pernah menginginkan ini; tetapu daging dan anggur selalu tersedia di meja makan mereka. Begitu pula dengan segala perlengkapan bayi itu yang selalu tersedia setiap kali dibutuhkan; pada setiap harinya di kamar bayi asuh mereka selalu ada kendi ajaib putih berisi air mandi bayi. Bayi itu tumbuh menjadi anak yang kuat dan tangguh. Dia sangat liar tapi sangat mudah ditemukan; dia juga memiliki semacam rasa sayang kepada wanita itu yang dia panggil dengan sebutan “Big Mammy.” Terkadang wanita itu menduga anak asuhnya gila karena anak itu sering berlari, melompat, dan berteriak-teriak sendiri seolah dia tengah bermain bersama anak-anak lain padahan tak ada seorangpun di dekatnya. Wanita itu tidak pernah bertemu lagi dengan ayah anak asuhnya semenjak dia memberikan anak itu padanya; namun uang upah seperti yang dijanjikan selalu diberikan secara misterius kepada mereka. Suatu pagi ketika sedang memandikan anak asuhnya, wanita, karena sering melihat air itu selalu membuat wajah anak tersebut berkilauan, tergoda untuk membasuh mukanya dengan air itu agar dia bisa terlihat lebih cantik. Menarikkan perhatian anaknya terhadap burung yang sedang terbang, wanita itu memercikkan air itu ke wajahnya dan banyak masuh ke dalam matanya. Ketika air kendi tersebut menciprat matanya, dia menutup matanya dengan sendirinya, dan saat dia membuka mata kembali, dia meliha banyak orang-orang kerdil berada di sekelilingnya bermain dengan anak asuhnya. Dia tidak mengucapkan sepatah katapun, meski dia merasa sangat takut sekali. Setiap harinya, dia melihat dunia orang-orang kerdil berbaur dengan manusia biasa. Kini dia tahu teman bermain anak asuhnya, seringkali dia ingin berbicara dengan makhluk-makhluk gaib yang lucu itu; tapi dia ingin tetap menjaga rahasianya dan tetap diam.
Pada waktu bersamaan, pencurian yang mengherankan terjadi di Pasar St Ive dari waktu ke watu. Walaupun semua barang telah dijaga dengan tekad, selalu saja ada pencurian namun tidak ada tanda-tanda pencuri ditemukan ditempat itu. Suatu hari, wanita itu pergi berbelanja ke pasar St Ive, dan dia terkejut karena di sana dia melihat ayah dari anak asuhnya. Tanpa menunggu lama dia berlari ke arah pria itu—yang saat itu sedang memasuk buah-buahan ke dalam sakunya dengan diam-diam— dan berbicara padanya.
“Jadi kau bisa melihatku, iya kan?”
“Benar, dan aku yakin aku juga mengenalmu” jawab wanita itu.
“Tutup matamu yang ini,” jawab pria itu menunjuk ke arah mata kiri wanita tersebut.
“Kau masih bisa melihatku?”
“Iya, ku katakan padamu, aku juga mengenalimu,” ulang wanita itu.
“Air peri bukan untuk manusia bangsamu;
Kau telah kehilangan mata, anak, dan dirimu,” ungkap pria itu.
Semenjak itu mata sebelah kanan wanita itu menjadi buta. Ketika dia sampai di rumah anak asuhnya telah hilang. Dia sangat bersedih sekali, dan tidak pernah melihat anak asuhnya lagi. Akhirnya, pasangan yang semula bahagia ini menjadi jatuh miskin dan melarat.
Diterjemahkan dari Folklore Inggris: Nursing A Fairy
0 comments:
Post a Comment