Sunday, May 4, 2014


Puisi ini di tulis oleh John Keats, salah seorang pujangga Inggris pada periode sastra Romantis. Puisi yang berjudul Ode to Psyche ini berisi tentang pujian terhadap Psyche. Di dalam puisi ini, John Keat mengatakan bahwa dia ingin menjadi pengagum Psyche meskipun dia tidak terlalu di kagumi diantara figur-figur mitos Yunani lainya. Untuk lebih jelasnya baca ulasan puisi ini di sini. Pada kesempatan ini, saya ingin memposting puisi ini dalam versi bahasa indonesia yang saya terjemahkan sendiri. Selamat membaca.
Untuk versi inggrisnya klik di sini.


Pujian Untuk Psyche

John Keats

Sang Dewi! Dengarlah lagu senyap menyayat hati
Berkumandang indah akan kenangan berharga
Maafkan rahasiamu akan terketahui
Bahkan di telingamu yang halus bak mutiara
Apakah ku bermimpi atau nyata melihat
Psyche bersayap dengan mata menatap
Kala ku telusuri hutan tak tentu tujuan
Sekejap terkejut dengan apa yang ku dapat
Dua makhluk cantik berpelukan menghadap
Di semak rumput, dibawah bisik atap hutan
Di dedaunan rimbun dan bunga bermekaran, di sana mengali
Sungai tak tampak dari hilir

Di tengah hening wangi mekar bebunga ,
Biru, putih keperakan, dan pucuk Tyria,
Keduanya berbaring diam beralas cempaka;
Lengan dan sayap mereka menyatu
Bibir mereka tak berkecup tapi berpadu
Seolah terpisah oleh tidur lelap
Dan banyak  ciuman mengecup siap
Di fajar lembut mata Aurora
Bocah bersayap itu ku kenali
Tapi siapakah kau wahai Sang merpati?
Dialah Psyche benar adanya

Wahai si bungu nan paling menawan
Dari semua takhta Olimpus yang hilang
Lebih cantik dari Phoebe negeri  rembulan
 Atau Vesper, sang bintang langit berkilau benderang  
Meski lebih indah dari semua, untukmu tak ada kuil didirikan
Tiada altar bersemat bunga
Tak ada pelantun irama pujian
                Dikala malam-malam berjaga
Tiada kidung, tiada kecapi, tiada seruling, tiada harum dupa
Dari altar dupa yang di nyalakan
Tiada kuil, tiada belukar, tiada peramal, tiada mantra
Dari mulut pendeta yang dirapalkan



Sang terang! meski terlambat untuk di puji-puja
Terlambat untuk dipuji oleh kidung lira
Kala kesucian hantui dahan-dahan belantara
Kesucian tirta, bayu, dan bara
Namun di hari-hari yang telah berlalu
Dari duka lama, kemilau pengagummu
Bergemerlap di tengah takhta Olimpus yang memudar
Oleh ilhamku, ku putuskan sebuah ikrar
Ku kan jadi pelantun kidungmu, dan  susunkanmu irama
Di kala malam-malam berjaga
Menjadi lagumu, kecapimu, serulingmu, dan harum dupa
Dari altar dupa yang dinyalakan
Menjadi kuilmu, belukarmu, peramalmu, dan untaian mantra
         Dari mulut pendeta yang dirapalkan

Aku akan jadi pendetamu, dan dirikanmu biara
Di belantara benakku yang tak tertajamah
Dimana pikiran tumbuh dengan riang gembira
Bukan menangis pada angin yang berdesah
Sangat jauh gelap rindang pohon itu akan
Teduhi semak bukit di gunung-gunung curam
Disana angin, burung, lebah dan bengawan
Disana para peri terlelap di atas lumut yang menjadi tilam
Di sela hamparan hening kediaman ini
Berwarna merah altarmu kan ku selubungi
Dengan terali berangkai bunga kan ku reka
Dengan kuntum, genta, dan kemilau kartika
Dengan pagar indah dambaan semua juru taman
Yang menabur bunga, takkan pernah tumbuh sama
Di sana bagimu dipersembahkan semua keindahan
Di kabut angan itu engkau niscaya berjaya
Pada malam hari suluh kan benderang dan jendela kaca kan terbuka  
Menanti hadir cinta bersuka

0 comments:

Post a Comment

Pengunjung Blog

Komentar Terbaru

My Blog Rank

SEO Stats powered by MyPagerank.Net

Advertisement

Blog Archive

Translate

Popular Posts

Visitors

Total Pageviews

Powered by Blogger.

Followers