FILSAFAT ISLAM DI TIMUR
A. Pengertian dan karakteristik
Filsafat islam adalah perkembangan pemikiran umat islam dalam masalah ketuhanan, kanbian, manusia dan alam semesta berdasarkan ajaran pokok islam. Diantara karakteristik filsafat islam adalah:
- Filsafat islam membahas masalah yang pernah dibahas oleh filsafat Yunani seperti ketuhanan, alam dan roh
- Filsafat islam memadukan antara agama dan filsafat serta wahyu dan akal
B. Tokokh- tokoh filsafat islam di timur dan pemikirannya
a. Kehidupan al-Kindi
Nama lengkap al-Kindi adalah Abu Yusuf Ya’kub ibnu Ishak al sabah ibn al asha’at al Kindi. Ia lahir di Kuffah (irak) pada tahun 185 H/801M, ayahnya adalah Ishak ash Shabah yang merupakan gubernur di Kuffah pada masa pemerintahan al Mahdi dan Harun al Rasyid dari bani Abbasiyah. Pendidikan alkindi bermulai dari basrah dan dilanjutkan ke Baghdad. Di basrah ia lebih luas mengenal ilmu pengetahuan, kesusastraaan dan budaya Yunani dan Siria kuno melalui buku-buku. Dialah yang peratam kali mengenalkan filsafat Yunanai secara terang-terangan di dunia Islam[1]. Al-Kindi wafat pada tahun 873M
b. Filsafat dan Agama
Agama yang bersumber dari wahyu ilahi mengandung kebenaran yang dituangkan ntuk manusia. Filsafat juga mengandung kebenaran yang didasarkan pada pencarian nalar manusia. Sehingga ujung dari keduanya adalah kebenaran.Bagi al-Kindi , kebenaran yang dibawa oleh agama lebih positif dan meyakinkandaripada kebenaran filsafat, walaupun agama harus memakai filsafat untuk lebih memperjelas, tapi sifatnya hanya membuka selubung dari barang yang telah ada oleh sebab itu menurut al-Kindi filsafat dan agama harus berjalan seiring. Al-Kindi juga mengatakan bahwa siapa yang mengatakan filsafat bertentangan dengan agama berarti dialah yang tidak beragama.
c. Metafisika
Metafisika ini dibagi menjadi 3 yaitu
- Hakikat Tuhan
Tuhan adalah zat yang sempurna yang tidak di dahului oleh wujud lain, tidak berakhir zat-Nya dan tidak ada zat keculai denganNya.
- Bukti Wujud Tuhan
Al Kindi membuktikan Wujud Tuhan dengan menggunakan 3 alan yaitu
1. Barunya Tuhan, alam ini baru dan ada permulan waktunya karena alam ini terbatas oleh karena itu mesti ada yang menyebabkan alam ini tercipta, tidak mungkin aan dengan sandirinya. Maka ia diciptakan oleh penciptanya yaitu Tuhan
2. Keanekaragaman dalam alam, dalam alam tidak mungkin ada keragaman tanpa keseragaman atau sebaliknya. Tergabungnya keragaman dan keseragaman berasama-sama bukanlah karaena kebetulan tapi karena sesuatu sebab, dan sebab pertamanya adalah Tuhan
3. Kerapian alam, tidak mungkin terjadi tanpa ada yang merapikan/mengaturnya. Yangmerapikan alam itu adalah Tuhan[2]
- Sifat Tuhan
Pemikiran al-Kindi tentang sifat Tuhan mengikuti pendirian kaum Mu’tazilah, yaitu Keesaan, Maha Tahu, Berkuasa, Maha Hidup dll. Al-Kindi membuktikan keEsaan Tuhan dengan mengatakan bahwa ia bukan benda, tidak berkualitas, tidak berubah, tidak nergerak dan tidak berhubungan dengan yang lain karena itu pula Tuhan bersifat azali yaitu zat yang sama sekali tidak bisa dikatakan pernah tidak ada atau pada permulaannya ada, melainkan zat yang ada dan wujudnya tidak tergantung pada yang lainnya/pada sebab.[3]
d. Roh
Menurut Al-Kindi roh itu adalah wujud tersendiri yang lebih mulia dan sempurna, hubungan roh dengan Tuhan seperti hubungan panas dengan api. Dan jasad hanya alat bagi roh dan menjadi pengikat roh. Jika jasad mengikuti nafsu hewaninya maka roh tidak bisa menemukan hakikat dan ilmu pengetahuan. Sehingga al-Kindi menganjurkan hidup zuhud karena dengan meninggalkan keinginan jasmani, roh akan suci dan akan lbih mudah menangkap ilmu tersebut.
e. Kenabian
Bagi al-Kindi kenabian adalah satgu derajat pengetahuan yang tinggi bagi manusia karena hanya nabi yang bisa mencapai pengetahuan yang sempurna tentang alam gaib dan ketuhanan melalui wahyu, sedangkan manusia biasa tidak bisa mencapainaya.
a. Kehidupannya
Nama lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad bin Muhammad bin Ya’kub bin Maskawih. Ia lahir tahun 330 H/932M. Diantara ilmu yang di pelajarinya adalah, sejarah, filsafat, ilmu kimia dan sastra arab. Ia lebih di kenal dengan pembahasannya tentang filsafat akhlak dalam bukunya “Tahzibul Akhlak”
b. Filsafat Akhlak
Dalam filsafat akhlak, ibnu Maskawaih lebih dominan dipengaruhi olah Aristoteles. Menurutnya akhlak adalah suatu sikap mental yang mendorongnya untuk berbuat tanpa pikir dan ttanpa pertimbangan. Akhlak tersebut bisa diarahkan melalui pembiasaan. Oleh sebab itu ibnu Maskawaih membantah pendapat yang mengatkah bahwa akhlak itu tidak bisa dirubah. Baginya tuuan agama adalah untuk mengarahkan akhlak manusia kearah yang utama.
Maslah baik dan buruk, Ibnu Maskawaih mengatakan bahwa kebaikan itu ada dalam objek. Nmaun hal itu dipandang oleh orang lain dari sudut pandang yang berbeda, sehingga baik dan buruk itu bersifat relatif. Kebaikan itu ada yang sempurna dan tidak sempurna. Kaebaikan yang sempurna seperti bahagia yang merupakan tujuan dan tumpuan niat. Sedangkan kabaikan yang tidak sempurna seperti sehat, merupaka media untuk menuju kebahagiaan yang hakiki.
c. Filsafat Jiwa
Ibnu Maskawaih tidak membedakan antara jiwa dengan akal. Baginya akal hanyalah daya diri, daya-daya jiwa dan merupakan manifestasi dari adanya jiwa. Ibnu Maskawaih membedakan substansi dan tabiat jia dengan jasad. Menurutnya jika materi tubuh hanya bisa menerima satu bentuk, maka ia tidak dapat menerima bentuk lain. Sedangkan jiwa dapat menerima segala bentuk dari sesuatu, sehingga pengetahuan manusia selalu bertambahsetiap kali jiwanya menerima bentuk dari pengetahuan yang baru, dan ketika jia menerima pengetahuan yang baru tersebut, pengetahuan yang lama tidaklah hilang.
Jiwa juga mempunyai daya untuk membenarka/menyalahkan apa yang telah diamati oleh alat indra. Contohnya saat lidah orang yang sedang sakit merasa gula itu pahit, padahal jiwa berdasarkan pengalamannya bahwa gula itu manis. Keadan demikian menndakan jiwa itu berbeda dari tubuh.
Jiwa mempunyai 3 cabang/kekuatan dalam diri manusia yaitu
- Jiwa berfikir yaitu Kekuatan untuk berfikir, memahami an mebedakan sesuatu(an Nafsun Nathiqah)
- Jiwa ganas yaitu kekuatan untuk marah, berlaku berani, rindu pada kekuasaan dll ( An Nafsus Sabiyah)
- Jiwa yang bebal yaitu kekuatn yang menimbulkan syahwat, makan, minum dan kelezatan-kelezatan fisik dll( an Nafsul Bahimiyah)
Diantara ke tiga jiwa terebut saling berlomba menjadi yang terdepan, sehingga sering yang stu mendapat tekanan dari yang lain. Jadi manusia yang paling baik adalah yang mempunyai nafsu natiqhah. Selain itu ibnu Maskawaih juga mengatkan bahwa jiwa itu kekal dan tidak hancur saat hancurnya asad. Jiwa itulah yang akan menerima balasan si akhirat kelak.
1. Riwayat hidup, karya dan pandangan filsafatnya
Abu nasr Muhammad Al-Farabi (870-950 M), beliau adalah seorang muslim keturunan parsi, yang di lahirkan di kota Farab (Turkestan), anak dari Muhammad Ibn Auzaiqh[4]. Sejak kecil Al-Farabi sudah belajar, dan menguasai bahasa Iran, Turkestan, dan Kurdistan. Setelah besar Al-Farabi meninggalkan negerinya menuju ke kota Baghdad. Sesudah itu ia pindah ke Haran salah satu pusat kebudayaan Yunani, untuk berguru kepada Yuhanna bin Jilan.
Beliau adalah seorang Tabib ternama, seorangt ahli Kitab yang pasti dan seorang filusuf yang ulung. Dalam karyanya “Ihsan AL-ulum” beliau memberikan tinjauan umum dari segala sains. Sebagian besar karya Al-Farabi terdiri dari ulasan dan penjelasan terhadap filsafat Aristoteles, Plato, dan Glanelus, dalam bidang logika, fisik, dan metafisika. Diantara karangan-karangannya adalah :
1. Aghadlu ma ba’da at-thabi’ah
2. Al-Jam’u baina Ra’yai Al-hakimain
3. Tahsil as-sa’adah (mencari kebahagiaan)
4. Uyun ul-masail (pokok-pokok persoalan)
5. Ih-sha’u al-ulum (statistic ilmu)
Filsafat Al-Farabi merupakan campuran antara Filsafat Aristoteles dan Neo-Platonisme dengan pikiran ke Islaman yang jelas dan corak aliran syi’ah Imamiah.
2. Pemikiran tentang Tuhan.
Menurut Al-Farabi, Tuhan adalah wujud yang sempurna. Yang ada tanpa suatu sebab. Jadi tuhan adalah substansi yang tiada bermula. Substansinya itu sendiri telah cukup menjadi sebab bagi keabadian wujud Nya. Tuhan itu MAha Esa, tidak terbatas dealm segala sesuatunya, oleh sebab itu defenisiu tentang tuhan mustahilah untuk dirumuskan, jadi Tuhan adalah wujud yang wajib yang merupakan sebab utama dari wujud yang lain karena Tuahan adalah substansi yang azali.
3. Sifat Tuhan
Menurut Al-farabi sifat tuhan tidak berbeda dari zat-Nya karena Tuhan adalah tunggal. Tuhan adalah zat yang maha mengetahui, tanpa memer;lukan susuatu yang lain untuk dapat mengetahui. Jadi tidak ada perbedaan antara sifat Tuhan dengan zat substansi Tuhan karena Tuahn adalah akal yang aqil (berfikir) dan ma’qul (difikirkan).
4. Pembuktian adanya Tuhan
Al- farabi menggunakan dalilnya, atas dasar pemikiran dan wajib. Menurut Al- farabi “setiap sesuatu yang ada pada dasarnya ada kemumngkinan adanya dan adapula wajib adanya”. Dalam membuktikan adanya Tuhan, segala sesuatu yang ada pada dasarnya hanya mempunyai dua keadaan :
1. Wujud yang mungkin ~ Adanya disebabkan oleh wujud yang mungkin lainnya
2. Wujud yang wajib ~ Wujud ynag berdiri sendiri. Contoh Allah.
1. Riwayat Hidup dan karyanya
Ar- razi dilahirkan di Ravy, di provinsi Khurasan. Ia dikatakan oleh bebrapa ahli telah pandai memainkan harpa pada usia remajanya, dan oleh yang lain (dikatakan ) telah menjadi penuka\r uang, sebelum beralih ke filsfat dan kedokteran. Ia meninggal kira kira tahun 925. Sebagai seorang filosof., Ar-razi banyak mengarang buku-buku fisika di bidang ilmu filsafat maupun di bidang ilmiah. Karya- karyanya diantaranya adalah:
a. Sekumpulan risalah tetntang metafisika pada umumnya.
b. Materi mutlak dan partikuler
c. Fisika
d. Jalan filosofis
e. Metafisika menurut ajaran Sokrates, dll
Menurut Ar-razi “dalam hidup ini kita jangan terlalu zuhud tetapi jangan pula terlalu tamak. Yang paling baik itu adalah moderat. Untuk mencapain tujuan tersebut ia membuat dua batasan.
a. Menjauhi kesenangan yang hanya dapat diperoleh dengan jalan menyakiti orang lain ataupun bertentangan dengan reatio.
b. Menemukan apa yang tidak merusak dan menyebabkan penyakit dan berpakaian sekedar untuk menutup tubuh.
Risalah etika Ar-Razi yang cukup terkenal adalah obat pencahar rohani (spiritual physic), untuk menjaga keselarasan dan keseimbangan lurusnya moral spiritual jiwa.
2. Metafisika Ar-razi
Pandangan Ar-razi tentang metafisika ini diuraikan dalam bukunya “ilmu ketuhanan”. Menurut Al- biruni persoalan metafisika yang digarap olrh Ar-razi itu tidak lain hanyalah penyiplakn terhadap filsafat yunani kuno.
Problem utamanya adalah tenbtang adanya 5 prinsip yang kekal, pemikiran Ar-razi tentang kelima postulat kemudian dijadikan dasar dalam menetapkan wujud alam. Artinya alam akan terwujud bila kelima postulat tersebut itu ada. Adapun penjabaran 5 postulat itu adalah sebagai berikut:
a. Tuhan
Menurut Are-razi Tuhan itu maha bijaksana, Ia tidak mengenal istilah lupa. Hidup ini keluar dariNya esbagai sinar terpancar dari sang surya. Tuhan adalah pencipta segala sesuatu , Ia mengetahui segala sesuatu dengan sempurna. Karena pengetahuan Tuhan berbeda dengan pengetahuan manbusia.
b. JIwa Universal
Alam ini diciptakan Tuhan dengan suatau tujuan di saat jiwa mendekat pada tubuh, tubuh meronta melihat nasib jiwa yang tragis ini kemudian Tuhan berkenaan menolongnya dengan jalan membentuk ala mini dalam susunan yang kuat sehingga roh dapat memperoleh kesenangan material di dalamnya. Setelah itu Tuhan menciptakan manusia dengan diberikan akal.
Menurut Ar-razi dunia yang sesungguhnya itu dapat di capai dengan filsafat.
c. Benda.
Benda pertama terdiri dari atom “masing”atom tadi memiliki volume, tanpa adanya atom tadi tidak ada sutu bendapun terwujud. Selanjutnya Ar-razi mengatakan bahwa bila tidak ada di dunia ini sesuatu yang berasal kecuali dari benda lain, maka semestinya dalam ini berasal dari sesuatu yang lain. Dan sesuatu yang lain adalah benda.
d. Ruang absolute
e. Waktupun menurutnya di bagi menjadi 2 macam, yaitu waktu absolute~perputaran waktu, sifatnya bergerak dan kekal.
Ar-razi mempercayai bahwa dunia diciptakan dalam waktu , dan bersifat sementara, ia telah menolak secara terang-terangan konsep wahyu dan peranan para Nabi sebagai mediator antara Tuhandengan manusia menurutnya, kenabian itu tidak berguna, karena akal yang diberikan Tuhan cukup memadai untuk mengetahui kebenaran, dan juga menjijikan karena dengan adanya Nabi telah menjadi penyebab dari begitu banyak pertumpahan darah dan peperangan antara suatu bangsa, yang meyakini dirinya di anugrahi ilahi dan yang lain sebagai orang-orang yang kurang beruntung.
1. Hidup dan karyanya
Ia adalah Abu Hamid bin Muhammad bin Ahmad Al-ghazali, gelar hujjatul Islam., lahir di tahun 450 H di Tus. Suatu kota kecil di Khurasan (Iran). Kata-kata Al-ghazali diambil dari kata-kata “ghazal”,yang artinya tukang pemintal benang, karena ayahnya bekerja sebagai pemintal benang, kata Al-ghazali juga diambil dari kata “ghazalah” yang merupakan nama tempat kelahiran ghazali sendiri.
Al- ghazali pertama tama belajar di Tus, kemudian meneruskan di Jurjan, dan akhirnya di Naisabur pada Imam Al-juwaini, sampai yang terakir ini wafat tahun 478 H. kemudian Ia berkunjung pada Nizam Al-mulk di kota Mu’askar, dan dari padanya Ia mendap-at kehormatan dan penghargaan yang besar sehingga Ia tinggal di kota itu 6 tahun lamanya. Pada tahun 483 H Ia diangkat menjadi guru di sekolah Nidzamah Baghdad , sealin mengajar juga mengadakan bantahan- bantahn terhadap fikiran selain golongan batiniah, islamiah, golongan filsafat dan lain-lain.
Selama waktu itu Ia tertimpa keraguan tentang kegunaan pekerjaanya sehingga akirnya ia menderita pnyakit yang tidak bias diobati dengan obat lahiriyah. Kemudian pekerjaanya ditinggalkan.
2. Karya Al- ghazali
· Teologi Islam atau Ilmu kalam
· Hukum Islam (fiqh)
· Tasawuf
· Tafsir
· Akhlak dan adab kesopanan
· Autobiografi
3. Perkembangan alam fikirannya
Fikiran-fikiran Al-ghazali mengalami perkembangan sepanjang hidupnya dan penuh kegoncangan batin, sehingga sukar diketahui kesatuan dan kejelasan corak pemikirannya seperti yang terlihat dari sikapnya terhadap filosof-filosof dan terhadap aliran-aliran akidah pada masanya. Dalm bukunya Tahafut al-falasifah dan al-munkit min ad-dlalal, Al- ghazali menentang filosof-filosof Islam. Bahkan menh\gkafirkan mereka dalm 3 hal:
a. Pengingkaran kebangkitan jasmani
b. Membataskan ilmu Tuhan kep[ada hal-hal yang besar saja
c. Kepercayaan tentang qadimnya alam dan keazhaliannya
4. Corak tasawuf Al- ghazali
Yang menarik perhatian dari sejarah hidup Al-ghazali yaitu kehausannya akan segala macam pengetahuan serta keinginanya untuk mencapai keyakinan dan mengetahui hakikat segala sesuatu. Ia tidak percaya akan kebenaran semua macam ilmu penetahuan kecuali yang bersifat indrawi dan pengetahuan yang axsioma.
Memang sebebarnya sukar untuk menyebutkan sikap Al-ghazali tersebut dengan tasawuf, dan boleh jadi nam yang tepat ialah subyektifismus (kepribadian), sebagi man disebutkan oleh J.obermann, dalam bukunya der philosophiche and religiose subjektivismus ghazalis ( kepribadian filsafat agama pada Al-ghazali). Pengetahuan yang dimiliki oleh al-ghazali didasarkan atyas rasa yang memancar dalm hati bagaikan sumber air jernih, bukan dari hasil penyelidikan akal, tidak pula dari hasil argumen ilmu kalam.
5. Siakap Al-ghazali terhadap filosof dan filsafat
Al-ghazali adalh oarng yang pertama mendalmi filsafat dan yang sanggup mengkritiknya pula. Menurutnya lapangan fil;safat ada 6, yaitu: matematika, logika, fisika, metafisika(ketuhanan), politik dan etika. Hubungan lapangan- lapangan tersebut dengan agama tidak sama menurutnya lagi agama tidak melarang atau memerintahkan ilmu-ilomu matematik ataupun ilmu pasti, Karena ilmu ini adalah hasil pembuktian fikiranyang tidak bisa diingkari, sesudah dipahami dan diketahui.
Lapangan logika menurut al-ghazali juga tidak ada sangkut pautnya dengan agama atau dengan perkataan lain, agama tidak memerintahkan atau melarang logika. Logika beris9i tentang penyelidikan tentang dalil-dalil pembuktian, kias-kias.
Ilmu fisika menurut al-ghazali membicarakan tentang planet-planet, unsure-unsur tunggal, seperti air, hawa, tanah dan api; kemudian benda-benda tersusun, seperti hewan, tunbug-tumbuhan, logam, sebab-sebab perubahan dan pelarutannya.
Lapangan ketuhanan (metafisika) menurut Al-gazali, banyak sekali berisi kesalahan filosof-filosof.mereka tidak mengadakan ketelitian dalam lapangan ketuhanan
Dalam lapangan politik, menurut Al-ghazali, semua kata-kata para filosof berkisar pada suatu soal saja, yaitu hikmat kebijaksanaan yang bertalian dengan soal-soal dan kekuasaan duniawi.
6. Tiga persoalan metafisika yang berlawanan dengan Islam
a. Qadim-nya alam;
b. Tidak mengetahui Tuhan terhadap peristiwa-peristiwa kecil;
c. Pengingkaran terhadap kebangkitan jasmani
Alasan pertama dan jawaban Al-ghazali, tidak mungkin wujud yang hadis(baru), yaitu alam, keluar dari Qadim (Tuhan), karena dengan demikian berarti kita bisa membayangkan bahwa yang Qadim tersebut sudah ada, sedang alam belum lagi ada.
Jawabannya : apa keberatannya kalau dikatakan bahwa iradat (kehendak Tuhan ) yang Qadim itu menghendaki wujud alam pada waktu diwujudkan nya.
Alas an kedua dan jawaban Al-ghazali : kalau yang dimaksud terlebih dahulunya Tuhan atas ala mini ialah dari segi zaman, maka kelanjutannya ialah :
a. Tuhan dan alam baharu kedua-duanya
b. Tuhan dan alam qadim kedua-duanya, dan mustahi salah satunya qadim, sedang yang lain baru.
Jawaban Al-ghazali : dengan perkataan Tuhan lebih dulu adanya dari pada alam dan zaman, ialah bahwa Tuhan sudah ada sendirian, sedang alam belum lagi ada, kemudian Tuhan ada bersama-sama alam. Dalam keadaan pertama, kita membayangkan adanya Zat yang sendirian, yaitu Zat Tuhan, dan dalam keadaan kedua, kita membayangkan dua Zat, yaitu Zat Tuhat dan zat alam.
Alas an ketiga dan jawaban Al-ghazali : tiap-tiap yang baru didahului oleh bendanya, untuk dapat dikatakan bahwa benda itu baru. Jadi yang baru tidak bisa terlepas dari benda, dan benda itu sendiri tidak baru. Yang baru hanyalah shurah (foem), aradl (sifat-sifat) dan cara-cara / peristiwa yang mendatangkan pada benda.
Tiap-tiap yang baru, sebelum terjadinya, tidak lepas dari tiga sifat :
1. Mungkin(bisa) wujud
2. Tidak mungkin bisa wujud
3. Wajib(mesti) wujudnya
Sifat yang kedua tidak bisa dibenarkan, karena yang tidak mungkin wujud tidak akan terdapat selamanya, sebab ala mini adalah menjadi wujud yang nyata. Sifat yang ketiga juga tidak dapat dibenarkan, karena yang wajib wujudnya, tidak akan lenyap, sedang ala mini dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalamnya, asalnya ada, kemudian tidak ada, dan sebaliknya.
Jawaban Al-ghazali : sifat yang mungkin disebutkan yang di atas, merupakan pekerjaan pikiran. Sesuatu yang dikirakan oleh akal dapat wujud, dan perkiraan ini tidak mustahil, maka sesuatu trsebut disebut perkara yang mungkin. Kalau perkiraan itu mustahil, maka perkara tersebut di namai perkara yang mustahil. Kalau tidak dapat diperkirakan adanya, maka disebut perkara yang wajib.
7. Ilmu Tuhan terhadap hal-hal, peristiwa kecil dan pendapat Al-ghazali
Pendapat Al-ghazali : ilmu adalah suatu tambahan atau pertalian dengan Zat, artinya lain dari pada zat. Menurut Al-ghazali kalau terjadi perubahan pada tambahan tersebut, maka zat Tuhan tetap dalam keadaannya yang biasa, sebagaimana halnya kalau ada orang berdiri disebelah kanan kita, kemudian ia berpindah kesebelah kiri kita, maka yang berubah sebenarnya dia, bukan kita
Ibnu sina di lahirkan dalam masa kekacauan, dimana khilafah Abbassiyyah mengalami kemunduran,
Belum lagi usianya melebihi enam belas tahun, kemahirannya dalam ilmu kedokteran sudah dikenal orang, ketika ia mencapai usia tujuh belas tahun, Nuh bin Mansur, penguasa daerah Bukhara, menderita sakit yang tidak bisa di obati oleh dokter-dokter pada masanya. Akan tetapi setelah Ibnu sina mengobatinya, maka sembuhlah ia. Sejak itu, Ibnu sina mendapat sambutan yang baik sekali,
Karya-karyanya
1. Ia pandai mengatur waktu, dimana siang disediakan untuk pekerjaan pemerintahan, malam untuk mengajar dan mengarang, bahkan lapangan kesenian pun tidak pula ditinggalkannya.
2. Kecerdasan otak dan kekuatan hafalan juga tidak sedikit artinya kepadatan karyanya
3. Al-farabi telah meratakan jalan baginya, sehingga tidak banyak lagi kesulitan yang harus di hadapinya
Karangan Ibnu sina yang terkenal adalah
1. As-syifa. Buku ini merupakan buku filsafat yang terpenting dan terbesar dari Ibnu sina, dan terdiri dari empat bagian : logiak, fisika, matematika, dan metafisika
2. An-najt,
3. Al-isyarat wat-tanbihat
4. Al-hikmat al-masyriqiyyah
5. Al-Qanun atau canon of medicine
Dasar dasar fisika
Dasar dasar tersebut adalah:
1. Benda
2. Gerak dan diam
3. Zaman
4. Tempat dan kekosonagn
5. Terbats dan tidak terbatas
Pembahasan kejiwaan pada Ibn Sina
Jiwa manusia merupakan rahasia Tuhan yang terdapat pada hambanya dan menjadi kebesaran Tuhan pada makhlukNya serta teka teki kemanusiaan yang belum dapat dipecahakan dan barang kali tidak akan bisa dipecahkan dengan memuaskan. Beberapa banyak usaha yang dilakukan tokoh-tokoh lapangan akhlak dan pendidikan dalm ilmu jiwa. Untuk menyelidiki kecendrungan dan bakat bakatnya yang biasa dijadikan dasar perbaikan akhlak, pengajaran serta pendidikan. Kehidupan perseorangan, lingkungan social, penyelidikan keilmuan dan ajaran ajaran agama, semua telah mendorong manusia untuk membuka rahasia rahasia yang terkandung pada diri manusia, yaitu jiwa, dan yang juga dipercayai oleh semua orang, tetapi tidak dapat menyaksikannya.
Ibnu sina memberikan perhatian yang yang kusus terhadap pembahasan kejiwaan. Lapangan kejiwaan dari Ibnu sina lebih banyak menarik perhatian pembahas-pembahas masa modern dari p[ada segi filsafatnya, antara lain berupa penerbitan buku buku karangan dan ulasan –ulasan serta tinjauan terhadap pandangan Ibnu Sina tentang kejiwaan. Segi-segi kejiwaan Ibnu Sina pada garis besarnya dapat dibagi menjadi 2 segi:
1. Segi fisika, yang membicarakan tentang macam- macamnya jiwa ( jiwa tanam-tanaman, jiwa hewan, dan jiwa manusia)
2. Segi metafisika, yang membicarakan tentang wujud dsan hakikat jiwa, pertalian jiwa badan dan keabadian jiwa.
Ibnu Sina mengemukakan 4 dalil untuk membuktikan jiwa:
Ø Dalil Alam kejiwaan ( natural psikologi)
Gerak ada 2 macam:
a. Garak paksaan (harakah qariah) yang timbul sebagai akibat dorongan dari luar dan yang menimpa suatu benda, kemudian menggerakannya.
b. Gerak bukan paksaan, dan gerak ini terbagi menjadi dua:
§ Gerak yang sesuai dengan ketentuan hokum alam, seperti jatuhnya batu dari atas ke bawah.
§ Gerak yang terjadi denagn melawan hukum alam.
Ø Dalil aku dan kesatuan gejala jiwa
Menurut Ibnu Sina, apabila seorang sedang membicarakan tentang dirinya atau mengajak bicara kepada orang lain, maka yang dimaksudkan ialah jiwanya, bukan badannya. Jadi ketika kita mengatakan aku keluar atau saya tidur , maka bukan gerak kaki atau pemejaman mata yanga dimaksud, thakikatnya kita dan seluruh pribadi kita.
Ø Dalil kelangsungan ( kontinuitas)
Dalil ini bahwa masa kita yang sekarang berisi juga masa lampau dan masa depan kita. Kehidupan rohani kita pada pagi ini ada hubunganhnya denga kehidupan kita yang kemarin, dan hubungan ini tidak terputus oleh tidur kita, bahkan juga ada hubungannya dengan kehidupan kita yang terjadi bebrapa tahun yang lalu. Kalau kita tidak bergerak dan mengalmi perubahan, maka gerakan-gearkan dan perubahan tersebut bertalian satu sama lain dan berangkai rangkai pula. Pertalian dan perangkaian ini bisa terjadi karena perisyiwa peristiwa jiwa merupakan limpahan dari sumber yang satu dan beredar sekitar titk tarik yang tetap.
Ø Dalil orang terbang (tergantung di udara)
Dalil ini adalah yang terindah dari Ibnu sina dan yang paling jelas menunjukan daya kreasinya. Dalil tersebut mengatakan andaikan ada seseoarang yang mempunyai kekuatan yang penuh, baik akal maupun jasmani kemudian Ia menutup matanya sehingga tak dapat melihat sama sekali apa yang ada sekelilingnya, kemudian Ia diletakkan di udara atau dalam kekosongan, sehgingga Ia tidak merasakan sesuatu bersentuhan atau bentrokan atau perlawanan dan anggota- anggota badannya diatur sedemikian rupa sehingga tidak sampai saling bersentuhan atau bertemu. Meskipun ini semua terjadi namun orang tersebut ytidak akan ragu-ragu bahwa dirinya itu ada meskipun Ia sukar menetapkan wujud salah satu bagian badannya bahkan Ia boleh jadi Ia tidak memilki fikiran tentang badan, sedang wujud yang digambarkannya adalah wujud yang tidak mempunyai tempat, panjang, lebar dan dalam( tiga dimensi). Kalau pada saat tersebut Ia mengkhayalkan ada tangan atau kakinya. Dengan demikian penetapan tentang wujud dirinya tidak timbul dari indera atau badn seluruhnya, melainkan dari sumberlain yaitu jiwa.
0 comments:
Post a Comment