Adonis (Bahasa Yunani Άδωνης, juga: Άδωνις) sosok suci surgawi berasal dari tradisi Semitik Barat, dimana dia merupakan tokoh utama dalam beragam kultus dan ritual pemujaan Agama Misteri. Sosok dan tradisi pemujaan Adonis ini masuk kedalam tradisi dan agama Yunani pada periode Helenistik. Gambaran sosok Adonisi diyakini dipengaruhi oleh sosok dewa Osiris Mesir, Tammuz dan Baal Hadan Kanaan, Atunis Etruks, Atiis Phyrgia, yang kesemuanya merupakan dewa kebangkitan dan kesuburan.
Dalam tradisi Mediterania termasuk Yunani, Adonis dipuja sebagai dewa kemudaan yang selalu mengalami siklus kematian dan kebangkitan sepanjang tahun. Kultus pemujaan Adonis umumnya diikuti oleh kaum wanita: kultus kematian Adonis yang diperingati dengan ratapan kematiannya oleh para wanita berkembang pesat di wilayah Lesbos, sekitar tahun 600 SM, sebagaimana tertera dalam Puisi Sappho, salah seorang penyair terkenal periode Yunani Klasik berasal dari wilayah tersebut. Nama Adonis juga sering dikaitkan dengan wujud ketampanan usia muda.
Adonis dan kultusnya berasal dari sosok Tammuz, yang namanya dalam beberapa variasi bahasa Semitik kuno adalah “adon” artinya “tuan”, sama seperti Adonai, rujukan Nama Yahweh dalam perjanjian Baru. Kultus pemujaan Tammuz ini juga melibatkan ratapan kematian oleh para wanita di kuil suci, sebagaimana bisa dilihat dalam Kitab Yehezekiel 8:14
“Lalu dibawa-Nya aku dekat pintu gerbang rumah TUHAN yang di sebelah utara, sungguh, di sana ada perempuan-perempuan yang menangisi dewa Tamus.”
Pada peringatan festival suci Adonis, yang digelar di wilayah Semitik dan Yunani Kuno, kematian sang dewa ini diratapi setiap tahunnya umumnya oleh para wanita: gambaran sosok Adonis juga dihadirkan dalam wujud jenazah yang diusung ke tempat pemakaman untuk kemudian dilemparkan kedalam lautan atau sumber mata air; dan pada beberapa tempat kebangkitannya dari kematian diperingati keesokan harinya. Di wilayah Alexandria festival Adonis diperingari dengan menampilkan sosok Aphrodite dan Adonis di atas kursi indah, disamping mereka diletakkan hiasan dari beragam kue, buah-buahan, dan tumbuhan. Pernikahan pasangan ini dirayakan pada hari pertama festival. Esok paginya, para wanita mengenai pakaian berkabung dengan rambut tergerai bertelanjang dada mengusung gambaran sosok jenazah Adonis ke tepi pantai dan melarungnya ke laut. Namun festival ini bukanlah tentang ratapan akan kematian sang dewa melainkan harapan akan kebangkitannya kembali. Waktu perayaan festival Adonis di Alexandria diperkirakan pada akhir musim panas. Pada kuil agung Astarte di Byblus Funisia, kematian Adonis diratapi setiap tahunnya melalui nada-nada sedih seruling diiringi ratapan dan wanita yang menepuk-nepuk dada mereka; pada keesokan harinya sosok Adonis diyakini akan bangkit dari kematian dihadapan para pemujanya.
Berbeda dengan wilayah lain, festival kultus Adonis di Funisia diyakini memiliki waktu yang pasti ditandai dengan perubahan air sungai Adonis, yang pada saat ini masih bisa disaksikan terjadi pada musim semi. Pada waktu itu air sungai akan berubah menjadi warna merah darah akibat luruhan tanah merah pegunungan Lebanon yang jatuh ke sungai dibawa air hujan. Pada periode kuno, warna merah ini diyakini berasa dari tetesan darah Adonis akibat tikaman taring babi hutan ketika dia berburu di Gunung Lebanon, yang menyebabkan kematiannya.
0 comments:
Post a Comment