SYAIR PATUT DELAPAN
Syair ini ditulis oleh pangeran panembahan senopati, saudara sultan ahmad najamuddin prabu anom. Syair ini ditulis dalam huruf arab melayu pada bulan January 1866 di Palembang.
Awal tersurat satu rencana
Tamsil ibarat kaku tak kena
Peri darurat gundah gulana
Penghibur gairah fakir yang hina
Fakir yang hina berlajar ngarang
Pikiran tuna kalbu tak terang
Ikatan beta janggal tak kurang
Misal laksana sebiji karang
Karang sebiji apalah guna
Tidak beraji barang dimana
Bila terpuji mudah rencana
Kurang penguji itu karena
Itu karena belum biasa
Sindir rencana kurang periksa
Bebal dan hina sekarang masa
Banyak rencana sudah dirasa
Rasanya hati bagaikan luka
Hidup tak arti menarah duka
Diharap pasti ampun belaka
Pada yang ngerti sindir seloka
Sindir seloka limpat gunawan
Sekalian mereka ahli sasterawan
Janganlah murka peri kelawan
Menjadi suka ngiburkan rawan
Rawan tergairah tidak tertimbang
Seperti ibarat perahu terkembang
Yang amat sarat dihalau gelombang
Sangat madarat pikiran terbang
Terbang pikiran hati tak nyaman
Yang jadi heran ewai teman
Dalam pelayaran hilang pedoman
Misal kesukaran fi hadzazzaman
Zaman sekarang ahli termasa
Bukan sebarang kalbu terpaksa
Bencana menyerang berbagai rasa
Malu bersarang gundah pengrasa
Rasanya hati bagaikan lebur
Hidup seperti di dalam kubur
Aib tak rantai malu bersimbur
Terkenang pasti jenjam terhambur
Terhambur dari banyak kenangan
Zaman yang bahri masa kenangan
Mendapat peri bukan tanggungan
Malu terdiri tidak timbangan
Tidak timbangan malu dan sopan
Di dalam pemandangan bukan antapan
Melainkan tolongan juga harapan
Habislah karangan patut delapan
Patut delapan sukarlah dapat
Daripada bebal bukan setempat
Disambung syair yang patut empat
Ampun segala yang arif limpat
Yang arif limpat banyak nastiti
Kepada fakir yang hina pasti
Lagipun aib budi pekerti
Asykal tersirat ditangkai hati
Ditangkai hati bagaikan mutung
Serasa lumat fuad dan jantung
Saudagar ingin bagian untung
Melainkan allah tempat bergantung
Bergantung harap setiap hari
Kepada tuhan khaliqul bari
Maklum padanya sekalian peri
Tawakkal allallah menyerahkan diri
Menyerahkan diri kepada hadirat
Malkurrahman yang sifat kudrat
Minful munfah wal mudarrat
Harapkan hilangkan asykal tergairat
Asykal tergairat ta boleh lipur
Muka serasa berlumpur lumpur
Ku dengan handai malu bercampur
Diharap pertolongan azizul ghaffur
Ghaffurur rahim rabbal baraya
Rabbighfirli li wa liwalidaya
Min kulli dzanbin wal khataya
Wa ajirni hizyid dunya
Min hizyid dunya allahu hasbi
La takhtitas satral uyubi
Arju biaunika allahu rabbi
Bi jaahil mushtafa rasuin nabi
Nabiyyil mukhtar umat penantian
Khatimul anbiya mulya junjungan
Di yaumil mahsyar jadi pernaungan
Isyfaul umah tiada bandingan
Tidak bandingan kasih sayangnya
Menolong atas sekalian umatnya
Warahmatullahi limpah padanya
Mudah mudahan dengan berkatnya
Dengan berkatnya sayyidul akwan
Dihapuskan allah segala kemaluan
Tersadar nasib peri kelakuan
Jenjam terhambur tidak ketahuan
Tidakkah sangka akan perkara
Berceraian ceraian sanak saudara
Terpaling masing masing Negara
Sudahlah takdir ilahul wara
Ilahul wara memberi pengrasa
Atas hambanya sekarang masa
Malu dan aib semua dirasa
Tandanya diri kubayangan dosa
Dosa tertanggung berlaksa hati
Takhasus iradat rabbul izati
Jadi penemu lata seperti
Berani malu takutkan mati
Takutkan mati lahirnya nyata
Beroleh nama aib dan nista
Sebidang negeri mahsyurlah nyata
Itu yang sangat terhal cinta
Terhal sanggup menarah duka
Bagai berlumur arang di muka
Sahaya membuang akan pusaka
Turunan abdi seri paduka
Seri paduka makuta sli
Memberi aib ke bawah duli
Hidup madarat nista sekali
Ya illahiya dzal jalali
Ya dzal jalali rabbul izzati
Asykur ilaika dlafu kuwati
Wa rahma ajzi wa killat hilati
Wa baudat fi umniyati
Wa saat ahwali wa taha fikri
Wa tahayattu fi kulli amri
Antal alimu bi sirri wa jahri
Al maliku linafi wa darri
Wa darri fi nawaibiz zaman
Wa naudzubika min hululil hirman
Ya rabbana wa ya dzal adhman
Wa asalikal amana wa aman
Aman sejahtera seiya negeri
Sahaja dipohonkan setiap hari
Wa dinil islam betul terdiri
Dikabulkan kiranya demikian peri
Perihal menanggung aib dan malu
Asykal terkenang ketika dalu
Kalbu nan hancur bagai dipalu
Melihat syariat robah berlalu
Terlalu robah di pemandangan
Sangatlah kusut dalam kenangan
Ke hadirat rabbi harap tolongan
Menghapuskan malu dapat kemenangan
Dapat kesenangan setiap masa
Syariat terdiri tetap sentosa
Itulah dipohonkan senantiasa
Ke hadirat rabbi tuhan yang esa
Tuhan yang esa malikur rahman
Diperbanyak doa ewai teman
Moga ditetapkan kiranya imam
Bibarakatin nabi akhiriz zaman
Zaman nan akhir banyak perkara
Bencana menimpa tidak terkira
Ewai handai sanak saudara
Baiklah baik badan pelihara
Peliharakan diri akan sekarang
Diperbanyak sabar janganlah kurang
Jika diturutan nafsu yang garang
Terkena tutup beroleh wirang
Beroleh wirang kalbu ternista
Tiada berguna ngambukkan bangsa
Masa tak sangat jadi pengrasa
Hendaklah baik hemat periksa
Periksa sanggup hemat pikirkan
Jalan kematian kita peliharakan
Jangan uang yang dipemandangan
Peri kemaluan itu singkirkan
Singkirkan kemaluan aib dan nista
Walau menghasilkan uang dan harta
Nuntut kemegahan mulya beserta
Yang sekira tidak nama dan lata
Lata peliharakan karena nama
Itu di dunia yang tinggal lama
Hendaklah ingat kita bersama
Nasihat yang baik kita terima
Terimalah dengan hematan terang
Supaya sempurna disebut orang
Hal kita sekalian masa sekarang
Aib terlimbus malu bersarang
Malu bersarang tidak berhitung
Asykal terlihat ditangkai jantung
Fuadul asraf serasa mutung
Akal dan nadhar semuanya kutung
Kutunglah akal pikiran dllumat
Peri menanggung kemaluan umat
Sahaya dipohonkan kurnia dan rahmat
Menolong jalan tetap selamat
Selamat sentosa hilang kemaluan
Diperbanyak doa awai ihwan
Haraplah tolong rabbi akwan
Menghapuskan sekalian seteru pahlawan
Seteru pahlawan bangsa nashara
Perintahnya keras tidak terkira
Dari kesakitan dalam Negara
Lebih lebih maklum ilahul wara
Ilahul wara amat kuasa
Allahu rabbi timbangi rasa
Menanggung peri tidak kuasa
Aib dan malu berbagi rasa
No comments:
Post a Comment