Cerita Rakyat Kolumbia
Dahulu kala tersebutlah sebuah desa yang bernama Takimiya. Di sana hidup lima orang pemuda dan satu orang adik perempuan mereka. Seperti dalam kebiasaan masyrakat Takimiya, adik perempuan mereka bertindak sebagai kepala keluarga. Para pria berdatangan dari desa lain ingin melamar gadis itu tetapi dia tidak menginginkan seorang suami. Setiap harinya, gadis itu selalu pergi berenang ke sungai dan satu hari dia hamil. Setiap orang di desa itu bertanya padanya ,”Siapa yang telah menghamilimu?”. Akan tetapi dia tidak mengetahuinya, dia menjawab “Tak ada yang pernah menyentuhku. Sembilan bulan berselang, gadis itu melahirkan seorang bayi laki-laki. Bayi yang dilahirkannya selalu menangis tak peduli siapapun yang menimang dan menjaganya. Salah seorang kakak gadis itu berkata padanya: “Letakkan bayi itu di luar rumah.” Sesuai dengan nasihat kakaknya, mereka meletakkan bayi itu di luar rumah dan sang bayipun berhenti menangis.
Keesokan harinya, gadis itu juga membawa bayinya keluar rumah. Seperti kemaren, bayinya berhenti menangis. Dia melakukan ini selama berulang-ulang. Dikisahkan suatu ketika saat berada diluar rumah bayinya menelan sesuatu yang berlemak terlihat dari mulutnya dipenuhi oleh minyak. Setelah dia memeriksa mulut bayinya, dia berkesimpulan bayinya memakan daging anjing laut yang dijadikan sate. Gadis itu bertanya-tanya siapa yang memberi bayinya makanan itu karena dia tidak melihat seseorangpun disekitar tempat dia meninggalkan bayi itu. Karena khawatir, dia membawa bayinya masuk ke dalam rumah. Sesampai mereka di dalam rumah, bayi itu kembali menangis sehingga tak ada seorang pun bisa tidur karena tangisnya. Kakaknya kembali berkata kepada gadis itu, ”Bawa anakmu ini ke luar dan jagalah dia di sana.” Anak itu tumbuh dengan cepat. Dia tetap berada diluar rumah di awasi oleh ibunya. Akan tetapi, pada siang hari ibunya meninggalkan dia di sana sendirian.
Ketika senja datang dia pergi ke tempat bayi itu. Dia duduk disamping bayi itu menjaganya dan tidak melihat siapapun di sekitar mereka. Secara tiba-tiba sesosok pria berdiri di hadapannya. “Kau adalah istriku. Apa kau tahu itu? Bayi itu adalah bayiku.” Gadis itu terkejut dan malu. “Bersiap-siaplah, kita berdua akan segera pulang ke rumahku.” Gadis itu diam terpaku dan berkata dalam hati. “Apa yang akan dikatakan oleh saudaraku.
“Kau takkan tersesat. Kau akan kembali pada mereka.”
Kemudian gadis itu menjawab: “Baiklah”.
Mereka berduapun berangkat dari tempat itu.
“Kita berdua akan pergi ke dasar sungai.” Ungkap pria itu
“Apa aku takkan kehabisan nafas?”
“Kau akan baik-baik saja. Ketika kita menyelam, berpeganglah ke pinggangku. Tutuplah matamu sampai aku menyuruhmu membukanya.”
Gadis itu melakukan perintah sang pria. Dia merasa dia tengah melintasi arus dan menyelam ke dalam air. Tak lama kemudian, mereka sampai di sebuah perkampungan yang tidak berair sama sekali. Ternyata, suaminya itu adalah putera orang kaya. Dia merupakan putera bungsu dari lima bersaudara.
Putera mereka tumbuh besar dengan sangat cepat. Anak itu selalu ingin memiliki anak panah. Dia menyuruh ibunya membuatkan untuknya sebuah anak panah. Sang ibu berkata kepada anaknya: “Pamanmu di kampung ibu memiliki banyak anak panah.” Anak itu menjawab: “Bagaimana kalau kita berdua pergi menjemput anak-anak panah itu?” Akan tetapi ayahnya menyarankan: “Biarlah ibumu pergi sendiri ke sana. Kau di sini bersama ayah. Kita berdua akan pergi ke sana kapan-kapan.”
Keesokan harinya dia bersiap-siap dan berangkat ke kampungnya. Untuk melintasi sungai dia mengenakan pakaian berupa kulit berang-berang. Sementara itu, di kampungnya, kakak-kakaknya melihat seekor berang-berang berenang di dalam sungai. Mereka memburu berang-berang itu menggunakan sebuah kanoe. Gadis yang menyamar jadi berang-berang itu berenang menuju tepi sungai. Mereka menembakinya dengan anak panah mereka. Mereka yakin mereka berhasil menembaki berang-berang itu; tetapi dia tidak muncul lagi dan semua anak panah menghilang begitu saja. Berang-berang tersebut muncul kembali dan mereka mengikutinya dengan kanoe. Banyak orang menembakkan anak panah padanya tapi semuanya meleset. Berang-berang itu menghilang ke dama air. Secara diam-diam, kakak sulungnya mengikuti berang-berang itu hingga dia melihatnya menepi ke tepi pantai. Pria itu segera mengejar dan mendekati berang-berang tersebut. Akan tetapi dia hanya mendapati seorang wanita di sana. Ketika dia melihat wanita itu, dia segera mengenalinya. Wanita itu merupakan adiknya yang telahlama hilang.
“Ini adalah aku kakakku. Aku bepergian ke tempat ini. Ini anak panah yang kalian tembakkan padaku.”
Pria itu merasa menyesal ketika dia melihat banyak tumpukan anak panah di sana.
“Puteraku menyuruhku ke sini mencari anak-anak panah. Dia selalu menginginkannya”.
Dia menjemur kulit berang-berang itu. Kemudian mereka pergi dari tempat itu.
“Aku akan kembali ke suamiku. Aku hadiahkan padamu kulit berang-berang ini. Kau bisa menjualnya. Suamiku seorang pangeran sungai. Kami tinggal tidak jauh dari sini. Kau bisa melihat rumah kami di dasar sungai ketika pasang surut.” Pria itu melepas adiknya ketika dia kembali ke dasar sungai. Ketika air separuh tubuhnya dia menyelam ke dalam sungai. Sebelum menyelam dia berpesan pada kakaknya itu: “Besok pagi kau akan mendapati seekor paus di tempatmu mendarat.”
Esok harinya, pria itu bangun sebelum subuh kemudian dia berangkat menuju pantai. Di sana dia mendapati seekor paus seperti yang dikatakan adiknya. Bersama dengan saudaranya, mereka memotong-motong paus itu dan membagikannya kepada teman-teman mereka di kampung. Adapun adiknya, dia kembali pulang ke suami dan puteranya. Lengannya berubah menjadi tsLtsil dan berwarna hitam. Setelah itu ular kecil sering muncul dan menghilang di permukaan sungai. Para penduduk desa akan menembakkan anak panah mereka kepada ular tersebut. Keesokan harinya dua paus akan muncul di tepi pantai. Perempuan dan keluarganya menghadiahkan paus itu kepada kerabat mereka sebagaimana mereka menghadiahkan anak panah mereka untuk anaknya.
Translated from Folklore Columbia: The Woman Who Marries The Merman
No comments:
Post a Comment